TERNYATA SEPERTI INI PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PENYEBARAN AGAMA ISLAM

 Bagaimana Peran Pondok Pesantren Dalam Penyebaran Islam?



    Perkembangan Pondok pesantren di Nusantara khusunya di daerah kebumen sendiri mengalami dengan pesat . Apalagi sekarang di era milenial pesantren tidak asing lagi dengan ciri khasnya. Sejarah Islam tidak lepas dari pesantren.Hal ini menimbulkan persebaran Islam di Nusantara khususnya di kebumen semakin luas.

    Setelah berkembang pesat melahirkan generasi Islam yang lebih modern. Pondok pesantren juga memiliki peran lembaga pendidikan dan dakwah serta lembaga kemasyarakatan yang telah memberikan warna daerah .

      Latar belakang  pesantren yang paling penting diperhatikan adalah peranannya sebagai transformasi kultural yang menyeluruh dalam kehidupan masyarakat yang agamis. Jadi, pesantren sabagai jawaban terhadap panggilan keagamaan, untuk menegakkan ajaran dan nilai-nilai agama melalui pendidikan keagamaan dan pengayoman serta dukungan kepada kelompok-kelompok yang bersedia menjalankan perintah agama dan mengatur hubungan mereka secara pelan-pelan. Dalam bermasyarakat tidak lepas dari bimbingan kiyai . Pondok pesantren yang berada di tengah-tengah masyarakat juga memiliki hubungan timbal balik dengan masyarakat sekitarnya, bahkan memberikan efek bagi masyarakat di sekitarnya. Satu hal yang meyakinkan dalam ranah sosial ini bahwa relasi bolak-balik antara individu dengan sekitarnya adalah individu itu sendiri menjadi bagian dari satu kesatuan.

Apa itu Pondok Pesantren?

Pesantren adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, dimana para siswanya semua tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Kata pesantren terdiri dari kata "santri" yang ditambahkan imbuhan "pe" dan akhiran "an". Kata "santri" menurut A.H Johns berasal dari Bahasa Tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan istilah santri digunakan untuk menyebut siswa di pesantren. Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berkembang di negeri ini diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa Pesantren sebenarnya berasal dari kata santri, yang kemudian mendapat awalan pe-an sehingga apabila disusun pesantrian.

Dalam praktik pengajarannya, pondok pesantren memiliki konsep pengajaran agama Islam berdasarkan kepada al-Qur’an dan Hadis, juga kita-kitab Islam seperti Safinah, Aqaid, Kitab Kuning, dan kitab lainnya yang merupakan karya dari tokoh Islam. Pondok pesantren memiliki peranan dalam hal sebagai “agen perubahan”dengan membentuk pembelajaran pada santri, maupun masyarakat yang adadi sekitarnya. Masuknya Islam di Nusantara mengarahkan pada tata cara peradaban baru melalui pakaian yang menutup aurat, hidup bersuci, disiplin, cara membangun keluarga, pertanian, peternakan, bahkan hingga pertumbuhan ekonomi. Pondok pesantren sebagai lembagapendidikan memberikan pengaruh yang sangat besar pada pengetahuanmasyarakat. Kehadiran pesantren sebagai lembaga pendidikan pada akhirnya juga memunculkan tokoh-tokoh intelektual penting dalam sejarah bangsa. Hal ini menandakan bahwa keberadaan pondok pesantren itu sendiri berhasil mengubah paradigma masyarakat. Tokoh intelektual tersebut adakalanya juga membentukpondok pesantren baru di daerahnya sebagai wujud transformasi pengetahuanuntuk turut mendakwahkan ajaran Islam.

Lalu Bagaimana Peran Pondok Pesantren Dalam Penyebaran Agama Islam?

Hasil penyebaran Islam tahap awal selanjutnya dimantapkan dengan proses pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, antara lain melalui jalur pendidikan yang kemudian dikenal dengan nama pesantren. Sejak zaman pra-Islam, menurut Gus Dur, di Jawa sudah berkembang desa-desa perdikan dengan tokoh agama yang kharismatis dan keramat. Ketika para penduduk masuk Islam, desa-desa perdikan Islam terbentuk dengan pesantren-pesantren yang ada di dalamnya, dan mereka dibebaskan dari pajak. Istilah yang hampir sama juga sudah ada di daerah lain bahkan mungkin lebih dahulu dari istilah pesantren itu sendiri. Di Aceh, daerah pertama yang mengenal Islam, pesantren disebut dengan dayah atau rangkang, meunasah. Di Pasundan ada pondok, dan di Minangkabau ada surau. Dalam pesantren para santri melakukan telaah agama, dan di sana pula mereka mendapatkan bermacam-macam pendidikan rohani, mental, dan sedikit banyak pendidikan jasmani

Secara historis, pesantren sebagai lembaga pendidikan tempat pengajaran tekstual baru muncul pada akhir abad ke-18, namun sudah terdapat cerita tentang pendirian pesantren pada masa awal Islam, terutama di Jawa. Tokoh yang pertama kali mendirikan pesantren adalah Maulana Malik Ibrahim (w. 1419M). Maulana Malik Ibrahim menggunakan masjid dan pesantren bagi pengajaran ilmu-ilmu agama Islam, yang pada gilirannya melahirkan tokoh-tokoh Wali Sanga. Dari situlah kemudian Raden Rahmat atau Sunan Ampel mendirikan pesantren pertama kali di Kembang Kuning, Surabaya pada tahun 1619 M.

Selanjutnya ia mendirikan Pesantren Ampel Denta. Pesantren ini semakin lama semakin terkenal dan berpengaruh luas di Jawa Timur. Pada tahap selanjutnya bermunculan pesantren baru seperti Pesantren Sunan Giri di Gresik, Sunan Bonang di Tuban, Sunan Drajat di Paciran, Lamongan, Raden Fatah di Demak. Bahkan, tercatat kemudian, murid-murid pesantren Giri sangat berjasa dalam penyebaran Islam di Madura, Kangean, hingga Maluku.

Menurut catatan Martin Van Brunessen, belum ada lembaga semacam pesantren di Kalimantan, Sulawesi dan Lombok sebelum abad ke-20. Transmisi ilmu-ilmu keislaman di sana masih sangat informal. Anak-anak dan orang-orang desa belajar membaca dan menghafal Al-Quran dari orang-orang kampung yang terlebih dahulu menguasainya. Kalau ada seorang haji atau pedagang Arab yang singgah di desa, dia diminta singgah beberapa hari di sana dan mengajarkan kitab agama Islam. Ulama setempat di beberapa daerah juga  memberikan pengajian umum kepada masyarakat di masjid. Murid yang sangat berminat akan mendatanginya untuk belajar dan bahkan tinggal di rumahnya. Murid-murid yang ingin belajar lebih lanjut pergi mondok ke Jawa, atau bila memungkinkan pergi ke Mekah. Itulah situasi yang ada di Jawa dan Sumatera pada abad-abad pertama penyebaran Islam.

Di Sulawesi Selatan, masjid difungsikan sebagai pesantren sekaligus. Masjid yang didirikan di Kallukobodae (Goa-Talllo) juga berfungsi sebagi pusat pengajian di daerah itu. Ajaran yang diberikan adalah syariat Islam, rukun Islam, rukun iman, hukum perkawinan, warisan, dan upacara hari besar Islam. Sejak pengembangan Islam di Sulawesi Selatan, orang Melayu yang tinggal di Makassar dan sekitarnya mempunyai peranan penting dalam penulisan dan penyalinan kitab-kitab agama Islam dari bahasa Melayu ke bahasa Makassar. Berbagai lontar yang ditemukan dari bahasa Melayu zaman permulaan Islam di Sulawesi Selatan pada abad ke-17 sampai dengan abad ke-18. Sedang sejarah pesantren di Jawa, Serat Centini pernah menceritakan adanya sebuah pesantren yang bernama Karang di Banten, yang terletak di sekitar Gunung Karang, Pandeglang, Banten. Salah satu tokohnya adalah Danadarma yang mengaku telah belajar 3 tahun kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, tokoh sufi yang wafat di Baghdad. Tokoh utama lainnya adalah Jayengresmi alias Among Raga. Ia belajar di Paguron Karang di bawah bimbingan seorang Arab bernama Syekh Ibrahim bin Abu Bakar yang dikenal dengan julukan Ki Ageng Karang. Selanjutnya Jayengresmi berguru lagi kepada Ki Baji Panutra di desa Wanamarta. Di sini ia menunjukkan pengetahuannya yang sangat mendalam tentang kitab-kitab ortodoks. Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, pendidikan pesantren memang luar biasa. Pendidikan pesantren  membekali santrinya dengan ilmu hidup,  mengajari mereka berinteraksi dengan berbagai budaya, dan bahkan belajar tentang perbedaan. Dari pesantren, mantan Menag mengaku memahami  peran nilai-nalai agama dalam menyatukan keragaman. Hal ini penting sebagai modal hidup di Indonesia yang sangat beragam. “Sesungguhnya esensi dari semua agama itu bertemu pada satu titik temu yakni memanusiakan manusia,” ujarnya.

Demikianlah, pesantren menjadi pusat penyebaran agama Islam yang efektif di Indonesia. Kesuksesan ini ditunjang oleh posisi penting para kiai, ajengan, tengku, tuan guru, atau tokoh agama lainnya di tengah masyarakat. Mereka bukan hanya dipandang sebagai penasehat di bidang spiritual saja, kiai juga dianggap tokoh kharismatik bagi santri dan masyarakat sekitarnya. Kharisma kiai ini didasarkan kepada kekuatan spritual dan kemampuan memberi berkah karena kedekatannya dengan alam gaib.

Visi Misi Pondok Pesantren Yang Perlu Kalian Ketahui

Dengan menyandarkan diri kepada Allah, para kyai , memulai pendidikan pesantrennya dengan modal niat ikhlas dakwah untuk menegakkan kalimat-Nya,didukung dengan sarana prasarana sederhana dan terbatas. Inilah ciri pesantren, tidaktergantung kepada sponsor dalam melaksanakan visi dan misinya. Memang sering kitajumpai dalam jumlah kecil pesantren tradisional dengan sarana prasarana yang megah,namun para kyai dan santrinya tetap mencerminkan prilaku-prilaku sederhana-kesederhanaan. Akan tetapi sebagian besar pesantren tradisional tampil dengan sarana dan prasarana sederhana. Keterbatasan sarana dan prasarana ini, ternyata tidak menyurutkan para kyai dan santrinya untuk melaksanakan program-program pesantrenyang telah dicanangkan. Mereka seakan sepakat bahwa pesantren adalah tempat untuk melatih (Riyadhoh) dengan penuh keprihatinan. Releven dengan jiwa kesederhanaan diatas, maka tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat, sebagai pelayan masyarakat, mandiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan agama islam dan kejayaan umat islam ditengah-tengah masyarakat (Izzul Islam Wal Muslimin), dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia

Seperti yang sudah kita ketahui pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan tertua di Indonesia, keberadaan lembaga pondok pesantren di Indonesia sekitar sejak masuknya ajaran agama Islam ke Indonesia. Sebagian orang tua sudah mempercayai lembaga pendidikan pondok pesantren itu sendiri karena di dalam pondok pesantren sudah pasti akan diajarkannya etika, perilaku sopan santun kepada orang tua dan berbuat baik kepada sesama. Lembaga pendidikan Islam di pondok pesantren sama hanya sama seperti lembaga -- lembaga yang ada, hanya bedanya tempat, cara belajar, mata pelajaran dan jadwal belajarnya, di pondok pesantren bisa diartikan sebagai tempat, yang dimaksud dengan tempat adalah tempat para santri.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pesantren diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid -- murid  belajar mengaji. Sedangkan menurut istilah pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam di mana para santri biasanya tinggal di pondok yaitu ( asrama ). Dengan materi pengajaran di pondok pesantren adalah kitab -- kitab kuning bertujuan untuk menguasai ilumu agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup, dengan mengenakan moral dalam kehidupan bermasyarakat di sekitar lingkungannya.Dalam lembaga pendidikan Islam di pondok pesantren masih ada orang tua yang tidak yakin untuk memasukkan anaknya ke pondok landasan karena tempat, pada dasarnya begitulah tempat pondok, di dalam pondok pesantren sudah pasti diajarkan cara disiplin dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri, diajarkan untuk mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Di dalam pondok pesantren itu terdapat Kiai (pendidik) yang dapat mengasuh pondok pesantren itu dan mengajar dan mendidik para santri atau yang disebut peserta dididik, dengan sarana masjid atau kelas untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta didukung adanya tempat asrama atau tempat tinggal para santri.

    Kesimpulan Yang Dapat Kita Ambil Adalah Istilah Islam nusantra memiliki kesamaan dengan gagasan Pribumisasi Islamyang di lahirkan oleh mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di masahidupnya. Hanya berbeda dari segi penamaan Istilahnya, secara konsep masih sama dengan pribumisasi Islam. Sesungguhnya Islam nusantara identik dengan Islam Indonesia. Bukannya Islam di tempat lain tidak seperti ini, akan tetapi sebagai konsep sosiologis, Islam nusantara memang dicetuskan oleh para tokoh Islam Indonesia yangmemang menghendaki agar Islam memiliki peran sebagai Agama yang di dalam praksisnya bisa menjadi wajah Islam yang menyeluruh. Islam secara tekstual memang menghendaki agar para pemeluknya menerapkan kehidupan yang toleran dan bebas intimidasi. Sebagai agama yang mengusung keramahan dan kerahmatan bagi semua, bisa mengikuti adat budaya lokal, namun bukan mengganti doktrinnya, maka tantangannya juga tidak sedikit. Dua di antara tantangan yang utama adalah liberalisme dan radikalisme


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ISLAM DAN GLOBALISASI